top of page

Kader Khaira Ummah : Solusi HMI di Era Digital

  • Jubirman
  • Apr 16, 2017
  • 6 min read

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia. Sejak berdirinya HMI pada 5 Februari 1947 oleh tokohnya bernama Lafran Pane, HMI telah memberikan kontribusi besar terhadap Indonesia. Hal ini bermula sejak 1947, dari awal kader-kader HMI telah memikul senjata dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terlihat dalam pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948, melalui Ahmad Tirtosudiro (wakil Ketua PB HMI) ikut berpartisipasi dengan membentuk Corps Mahasiswa (CM). Kemudian melangkah ke tahun 1965, HMI melalui tokohnya Mar’ie Muhammad membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) sebagai bentuk protes mahasiswa sehingga mengeluarkan Tiga Tuntutan Rakyat yang dikenal dengan TRITURA. Tiga tuntutan tersebut adalah “bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI, dan turunkan harga-harga”. Bahkan peran HMI pun sangat terlihat dalam melakukan reformasi pada tahun 1998 dengan berhasil menumbangkan rezim Soeharto.


Cerita peran kader HMI pun tak hanya sampai disitu, banyak peran-peran lain yang dilakukan oleh HMI terhadap perkembangan sejarah Indonesia. Akan tetapi itu hanyalah sejarah. Kini, HMI mulai tak dirasakan lagi perannya. Umurnya yang pada tanggal 5 Februari 2017 ini telah mencapai 70 tahun, ibarat kehidupan manusia umur 70 tahun merupakan usia kehidupan yang telah matang dan mapan dalam menapaki karir. Namun, usia yang sudah melebihi setengah abad ternyata masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam menghadapi tantangan global yang dibahasakan sebagai era digital. Sehingga hal ini menjadi pelajaran tersendiri agar HMI mampu bersaing di era digital, harapannya menjadi kader yang kompetitif dalam arus persaingan global. Tujuh puluh tahun adalah usia yang hampir menyamai umur bangsa Indonesia yang telah di ploklamirkan oleh sang dwi tunggal ploklamator Indonesia pada 71 tahun yang lalu, namun usia 70 tahun bagi HMI sudah cukup untuk melakukan penilaian diri, yaitu menilai sampai dimana HMI telah dapat berbuat dalam mengemban suatu amanah.Tidak dapat dinafikan bahwa HMI mungkin telah menjadi gejala Indonesia yang paling penting dan memiliki dampak kesejarahan yang mengagumkan bagi Negara, bangsa dan tanah air. Dalam 70 tahun perjalanan HMI adalah wajar dilakukan berbagai refleksi atau kilas balik.


Dari berbagai problema diatas, hari ini mestinya HMI mampu menciptakan suatu pedoman perkaderan yang melahirkan kader-kader yang tangguh dan mampu dalam kompetisi global, yaitu kader yang diera digital ini juga tetap memegang islam sebagai ideologinya. Sehingga dengan itu mampu menjadikan kader HMI sebagai kader yang mengajarkan kepada yang makruf dan mencegah kepada yang mungkar, serta mampu bersaing dalam tantangan global. Kader tersebut saya namakan sebagai kader Khaira Ummah, yaitu kader yang merupakan generasi yang didambakan Allah Swt dalam firmannya Surah Ali Imran ayat 110 : “Kamu sekalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, mengajarkan kepada yang makruf dan mencegah kepada yang mungkar,....”.


Potret Kader HMI di Era Digital

Kiprah HMI era masa silam, pada dekade ini mulai kurang kelihatan. Di era tekhnologi ini yang terkadang disebut sebagai era digital, HMI tak mampu lagi memperlihatkan perannya. Era digital adalah sebuah masa dimana pengaruh teknologi sangat dominan dalam kehidupan manusia. Di era ini mahasiswa maupun kader HMI ikut terlena dengan banyaknya fitur atau aplikasi dunia maya berupa Facebook, Twitter, BBM, Kakao Talk, Line, Youtube, dan fitur-fitur lainnya. Sebagian besar kader HMI telah terlena dengan fitur-fitur diatas, bahkan mulai dimanjakannya. Seolah-olah ketika seharian tidak buka facebook atau BBM-an, maka ia merasa kehilangan suatu aktivitas pentingnya. Jika kita banding-bandingkan, bisa kita lihat hari ini berapa jam kader HMI membaca buku, dan berapa jam asyik bermain dengan Hand Phone-nya. jelas lebih lama bermain HP daripada bermain dengan buku. Sehingga dalam menangani hal ini Nike Ardina dan Akhyar Saddad, mengeluarkan buku dengan judul “Islam di era Digital”, yang membahas tentang peranan generasi islam dalam beradaptasi dengan era tekhnologi. Mereka menjelaskan bahwa mestinya generasi muslim menjadikan facebook, BBM, twitter, dan fitur-fitur lainnya sebagai lahan dakwah dalam menjalankan tugasnya sebagai generasi yang amar makruf nahi mungkar.


Era digital merupakan era dimana manusia mulai dilenakan dengan arus dan badai dari tekhnologi. Kader HMI yang mestinya tetap tangguh dalam tantangan ini juga ternyata ikut terlena dan terbawa arus globalisasi. Tidak sedikit kader yang mengakui bahwa ketinggalan HP di kamar jauh lebih dipentingkan daripada ketinggalan buku di kamar. Budaya HMI sebagai kader yang selalu bergulat dengan buku ternyata mulai pudar. Bahkan sekarang kita agak kesulitan mendapatkan kader HMI yang di setiap aktivitasnya sibuk bergulat dengan buku, dan kita tidak kesulitan mendapatkan kader HMI yang sibuk bermain FB, BBM, twitter di setiap celah kesibukannya. Sehingga tidak mengherankan bila muncul adagium dari mahasiswa yang menyatakan bahwa “tak bawa buku tak masalah, tak bawa HP itu masalah”. Inilah potret dan realita kader HMI masa kini yang tergiur dan terlena dengan derasnya arus globalisasi. Sehingga butuh solusi konkrit agar kader HMI tetap tangguh dan kompetitif dalam tantangan global.


Kader : HMI di Era Digital

Jenjang perkaderan HMI sangat terorganisir dengan baik, mulai dari Basic Training (LK I), kemudian dilanjutkan dengan Intermedite Training (LK II), setelah itu jenjang tertinggi yakni Advanced Training (LK III). Tahapan perkaderan ini mestinya telah menjadikan kader HMI menjadi kader yang unggul. Hal ini disebabkan karena materi-materi yang disampaikan tiap jenjang juga sangat bermutu dan relevan terhadap jenjang masing-masing. Tidak hanya itu, untuk memasuki ruangan forum Latihan Kader (LK) pun harus dilewati dengan proses Screening, yang merupakan tahapan tes wawancara atas keilmuan yang dimiliki oleh calon peserta forum. Setelah selesai proses Latihan Kader, peserta pun digiring untuk mengikuti Folllow Up yang merupakan kelanjutan dari program perkaderan untuk mendalami materi-materi yang dibawakan pada saat Latihan Kader. Bahkan untuk membawa materi di HMI, idealnya harus telah mengikuti proses perkaderan yang dinamakan dengan Senior Course (SC). Kader-kader HMI yang telah menyelesaikan jenjang Senior Course akan menjadi guru di HMI, membawakan materi-materi pada saat diadakannya Latihan Kader.


Dengan melewati beberapa tahapan jenjang diatas, sehingga tidak mengherankan bila seorang kader HMI di setiap forum-forum diskusi selalu unggul daripada kader-kader organisasi lainnya. Kader HMI yang terkenal dengan retorikanya, analisis berpikirnya, rajin baca bukunya, kuat demonya, pintar berfilsafatnya, menjadikan dia selalu unggul dalam dialektika kehidupan. Akan tetapi semua hal tersebut di era digital ini kita mulai sulit mendapatkannya. Era digital adalah sebuah era dimana manusia menjadikan teknologi sebagai aktivitas dominannya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sehingga dengan munculnya era ini, kader HMI mulai ikut termanjakan oleh arus teknologi. Aktivitas tekhnologi yang sering kita lihat dilakukan oleh mahasiswa maupun kader HMI adalah bermain facebook, BBM-an, twitter, dan membuka akun youtube. Tidak hanya itu, terkadang kader HMI yang sambil baca buku disaat yang sama pun dia sambil bermain HP. Selain itu, terkadang disaat yang sama dalam forum-forum diskusi kita juga menemukan kader HMI yang sambil pula asyik bermain dengan Handphone-nya.


Realita buruk diatas, harus tertanggulangi dengan menciptakan sebuah proses perkaderan yang akan melahirkan kader-kader HMI yang khaira ummah. Kader khaira ummah adalah kader yang mampu dan tangguh dalam kompetisi global berdasarkan nilai-nilai keislaman. Nilai keislaman yang dimaksud adalah nilai-nilai yang mengarah pada aktivitas amar makruf nahi mungkar. Artinya bahwa, seorang kader HMI mestinya dengan jenjang perkaderan yang begitu tersistematis akan mampu membawa kader HMI menjadi kader yang kompetitif di era digital, namun disaat yang sama ia juga menjadi kader yang mengajarkan hal-hal yang makruf dan mencegah kepada hal-hal yang mungkar seperti yang dilansir dalam Al Quran Surah Ali Imran ayat 110.


Kader khaira ummah tentu bukan dongeng telenovela, bukan pula malaikat yang dikhayalkan dalam wujud manusia, tetapi kader ini sungguh-sungguh ada. Khaira ummah bisa ditemukan dimana saja dan kapan saja, dalam lintas sejarah dan berlaku bagi siapa saja. Siapapun yang sungguh-sungguh memelihara cahaya iman dan takwa dalam dadanya, meletakan kepentingan Allah diatas segala-galanya, menjalani kehidupan dengan mengikuti aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah, sebagaimana tertera dalam Alquran dan hadist, maka orang tersebut berpotensi besar menjadi bagian dari kader yang khaira ummah. Yakni kader yang dijanjikan kemenangan, generasi yang dimuliakan melebihi para malaikat, generasi yang disematkan untuknya mahkota kekuasaan dan menitipkan ilmu pengetahuan (Abdollah Richmoslem, 2011).


Dari beberapa pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa di era digital ini yang penuh dengan badai teknologi, kader HMI mestinya tetap menunjukan eksistensinya sebagai kader yang unggul dengan tidak melepaskan islam sebagai ideologinya. Di tengah gejolak globalisasi, kader HMI sudah seharusnya menjadikan lahan facebook, twitter, Blacberry Mesengger, dan fitur-fitur lainnya sebagai lahan dakwah. Ini adalah sebuah misi besar yang diemban umat islam sebagai dinul yang rahmatan lil alamin. Dengan adanya kader khaira ummah, HMI akan menjadi organisasi terbesar dengan kualitas yang mumpuni. Sehingga dengan ini akan lahir kader HMI yang kompetitif diera digital dengan tidak melepaskan islam sebagai ideologinya. Terakhir, penulis katakan "Bismillah, membangun kader HMI yang Khaira Ummah”.


Penulis:

JUBIRMAN

  • Pendiri sekaligus Ketua Umum pertama HMI Komisariat FKIP Unissula 2012 – 2014

  • Sekretaris Umum HMI Korkom Sultan Agung Semarang 2014 - 2015

Fb: Jubirman (Bang Jebe)

Comments


RECENT POSTS

FEATURED POSTS

FOLLOW US

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey Instagram Icon
  • Grey Google+ Icon

ABOUT

BULETIN INSANCITA MEDIA

Buletin Insancita Media merupakan publikasi HMI Komisariat FTI yang mengangkat perkembangan suatu topik atau aspek tertentu dan diterbitkan/ dipublikasikan secara teratur (berkala) dalam waktu yang relatif singkat (harian hingga bulanan)

SOCIALS 

SUBSCRIBE 

Silahkan masukkan alamat email dibawah, untuk mendapatkan berbagai informasi, dan berinteraksi langsung dengan HMI Komisariat FTI. 

© 2017 BULETIN INSANCITA MEDIA. HMI Komisariat FTI SA

bottom of page